Minggu, 30 Juni 2013

MY QUALITY TIME

Wahana Visi Indonesia bekerjasama dengan Harian Kompas membuat pameran & workshop Suara Indonesia http://www.kompasmuda.com/Berita/TabId/189/ArtMID/711/ArticleID/308/Workshop-Jurnalistik-bersama-Kompas-MuDA.aspx



Kebetulan salah satu pembimbing dari Surabaya adalah teman satu kampusku anak psikologi, Diyan. Mumpung dia lagi di Jakarta, aku & Ce Martina (senior waktu kuliah) janjian buat dateng ke acaranya.

Rencana ke Dufan bareng anak kos aku cancel, demi bertemu teman lama. Belakangan baru tau Dufan memang kemaren lagi tutup karena ada gathering BNI di sana (29/06/2013). Untung aja kita ga jadi berangkat ^^

Tidak pernah bosan memang ketemuan sama teman lama. Meskipun sangat sebentar karena Diyan harus kembali mendampingi anak-anak asuhnya, aku sadar mereka adalah orang-orang penting yang menemani perjalanan hidupku sekaligus merupakan batu asahan yang membuatku menjadi aku yang sekarang. Diyan dengan passionnya pada kehidupan sosial yang tidak pernah aku punya, Ce Martina dengan segala yang dia ajarkan yang membuatku selalu berani melangkah.

It's my quality time, can't wait for the next moment together... again

Sabtu, 29 Juni 2013

KALO JUBIRNYA MACAM BEGINI, GIMANA YANG DIWAKILINYA?

Sedang ramai jadi pembicaaan orang tentang Munarman yang menyiram Thamrin Amagola saat diskusi di TV one.

Please man, perhatikan dan perbaiki dulu attitudemu sebelum bicara tentang kemaksiatan dan moral orang lain


Aku prihatin tapi sama sekali tidak penasaran, bagaimana dulu dia dibesarkan? Gagal didik, aku membatin

Jumat, 28 Juni 2013

HOME SWEET HOME

Merasakan hidup sebagai anak kosan untuk pertama kali, bikin kaget lo...

Ga ada Adek yang disuruh-suruh & di-bully, ga ada Mama yang punya sindrom tereak-tereak tiap pagi, ga ada Kakak yang jarang ada di rumah, ga ada Papa yang emang sudah ga ada sejak kecil.

Hari 1
Pergi ke mall terdekat (sendirian karena belom punya teman), belanja segala hal pake kalkulator HP (*maklum, newbie = belom digaji = belanja di budget minimal). Sore hari menelpon mama sampai malam.

Hari 2
Buka-buka FB, Twitter, sampai Frendster yang penuh aib ke-alay-an masa lalu... BBM semua temen dari yang sohib sampai yang kita ga tau kapan pernah add mereka (*membatin: ni siapa ada di contact BB aku?). Terakhir telpon Mama.

Hari 3
Beli kalender, hitung mundur kapan kita mau pulang kampung. Lalu telpon Mama buat mastiin dijemput di bandara, padahal pas ditanya "kapan pulang?", jawabannya selalu "setelah rapelan". (*waktu itu, rapelan kapan juga hanya Tuhan yang tau)

Hari 4
Kenalan sama tetangga kos & orang-orang kantor. Malamnya telpon Mama cerita tentang orang yang bahkan Mama juga ga tau itu siapa.

Hari 5
Bikin rekaman suara d BB "Merrie, dari Surabaya, kos di Gunung Sahari 1, lulusan Widya Mandala Surabaya". Besok-besok kalo ada yang tanya tinggal putar lagi tu rekaman, sama semua pertanyaan mereka. Pulsa habis, ga mungkin lagi telpon Mama




Makin lama aku merasa lebay karena merana sendirian & berasa anak Mami banget yang tiap hari telpon-telpon, belakangan baru tau ternyata Mama di rumah masih bikin teh pagi-pagi buat 4 orang... padahal penghuninya sekarang sudah berkurang 1 (read: aku).

Kamis, 27 Juni 2013

MANDIRI VS SENDIRI

Kurasa dua kata-kata ini saling mengikat dengan agak mengerikan

Definisi mandiri menurut http://artikata.com/arti-339676-mandiri.html adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain

Apakah mandiri identik dengan sendiri? atau justru karena kita mandiri maka pada akhirnya kita menjadi sendiri?

Sejujurnya ujian kemandirianku bukan dimulai dari interview dengan Bank Mandiri, tetapi pada saat hijrah ke Jakarta for the very first time akhir tahun lalu. Penempatan kantor baruku menjadi biang kerok semua ini.

Dari Surabaya aku terpaksa berangkat "sendirian" tanpa diantar siapa-siapa. Bagi banyak orang mungkin ini menjadi hal biasa dan sepele, tapi bagi cewe rumahan namun tidak murahan yang belom pernah sekalipun ke luar Surabaya tanpa teman... kegiatan ini cukup mengerikan sebenarnya.

Dari Bandara Juanda ke Soekarno Hatta aku sadar bakal sering mampir, jadi kukencingi dululah banyak-banyak macam kucing yang menandai daerah jajahannya. Naik bus Damri menuju Gambir, aku melongo melihat jalan tol bertumpuk-tumpuk & gedung-gedung yang super tinggi. Boleh lah aku dibilang udik, sama sekali tidak kusanggah.

Belakangan aku tau ternyata semua teman seangkatanku diantar oleh keluarganya, kecuali yang memang sudah hijrah ke Jakarta sejak kuliah.

Belanja sendiri, berangkat & pulang kantor sendiri, ke mall sendiri, semua serba sendiri. Aku dibilang Mandiri & berani. Tanpa harus memperhatikan kemauan orang lain, tanpa harus terikat dengan kepentingan bersama, aku menikmati dan mendalami makna dari kata-kata "sendiri".

Kesimpulan yang kutangkap dari hidupku, kemandirian bisa bikin kecanduan dan banyak orang yang tidak bisa menerima orang yang terlalu mandiri, karena mereka menjadi seolah tidak dibutuhkan.
Hey man, what can I do? Kita semua dibentuk oleh keadaan.