Kamis, 17 Desember 2015

AWALNYA JANUARI BUKAN AWAL

Bermula dari niat sok-sokan belajar bahasa Itali, mendadak melihat kemiripan antara angka dan bulan di beberapa tempat yang seolah salah taruh.
Contohnya angka 7 (tujuh) yang dalam bahasa Itali harusnya sette, mirip dengan settembre (bulan September) padahal kita tau September adalah bulan ke 9 dalam deretan tahun. Sama juga dengan 8-otto-ottobre, 9-nove-novembre, & 10-dieci-dicembre.
Angka dan bulan dalam bahasa Italia (*perhatikan yang di highlight)

Jadi ternyata pada jaman Romawi kuno, kalender hanya dibuat dalam 10 bulan saja. Musim dingin tidak dihitung, karena toh saat musim dingin mereka tidak bisa bertani. Hingga akhirnya Numae Pompilius, orang pertama yang mendirikan Institusi Pontiface (Kepala Agama) mengadakan sedikit reformasi kalender. Dia merasa membutuhkan kalendar yang bisa dijadikan patokan diadakannya upacara keagamaan dan tidak sekedar untuk bertani saja. Maka ditambahkanlah 2 bulan (yaitu Januari & Februari).

So, here we go...
BULAN
KETERANGAN
NAMA PERTAMA
Januari Dari nama Janus (Dewa Permulaan dan Akhir) Tidak ada
Februari Dari nama Februus (Dewa Penyucian) Tidak ada
Maret Dari nama Mars (Dewa Perang). Awalnya merupakan bulan pertama dalam hitungan kalender. Namun diubah oleh Julius Caesar menjadi bulan ketiga. Martius
April Dari nama Aprilis (Dewi Aphrodite/Aphros/Venus) Aprilis
Mei Dari nama Maia (Dewi Musim Semi), putri tertua & tercantik dari Dewa Atlas. Maius
Juni Dari nama Juno (Romawi - Dewi Pelindung dan Penasihat Negara) sering disamakan sebagai Dewi Hera (Yunani) Iunius
Juli Untuk menghormati Julius Caesar penguasa kekaisaran roma pertama (50BC - 44BC) Quintilis (bulan kelima)
Agustus Untuk menghormati Kaisar Agustus penguasa kekaisaran roma kedua (42BC - 41AD) Sextilis (bulan keenam)
September Dari kata Septem (bahasa Latin - tujuh) September
Oktober Dari kata Octa (bahasa Latin - delapan) October 
November Dari kata Novem (bahasa Latin - sembilan) November 
Desember Dari kata Decem (bahasa Latin - sepuluh) December


___ KEISTIMEWAAN JANUARI ___

Dewa Janus
Semula Maret adalah awal tahun, sehingga Januari & Februari memang merupakan bulan tambahan di akhir kalender. Tetapi Kaisar Julius memilih menggeser posisi Januari sebagai bulan pertama karena Januari sendiri diambil dari nama dewa Romawi, Janus, yaitu dewa penjaga gerbang Olympus, dewa yang pertama kali disembah oleh bangsa Romawi.

Secara sekilas pernah disebut dalam film The Tourist (2010) - Angelina Jolie & Johnny Depp. Dewa Janus digambarkan memiliki 2 wajah yang menghadap ke dua arah yang berbeda, sebagai simbol tentang kebaikan dan keburukan juga masa lalu dan masa depan. Kita harus bisa menerima kebaikan, keburukan, masa lalu, juga masa depan orang yang kita cintai.

Di beberapa artikel lain sedikit dibahas tentang wajah Janus yang menghadap ke depan digambarkan tersenyum dengan muka penuh pengharapan, sementara yang menghadap ke belakang terlihat sedih dan muram.

Jiwa baper'ku pun menyimpulkan ini merupakan simbol bahwa
  • Dalam hidup, masa lalu dan masa depan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
  • Kita tidak bisa melihat masa depan lantas melupakan masa lalu, juga sebaliknya hidup dalam masa lalu tanpa mau memperhatikan masa depan.
  • Tentu saja, seburuk atau sebaik apapun yang telah terjadi, akan selalu ada hari depan yang lebih indah dan penuh harapan.
  • Yang bisa dilakukan, berdamai dengan masa lalu dan mulai optimis memandang masa depan.
#ngomong.sama.diri.sendiri

Alasan lain dari Kaisar adalah karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin, maka di saat itu biasanya pemilihan konsul diadakan, karena semua aktivitas umumnya libur dan semua senat dapat berkumpul untuk memilih konsul. So, di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru  (*sumber)

Seolah Januari memang adalah saat yang sangat tepat untuk menjadi awal tahun, di mana waktunya memulai segala yang baru.


___ BELAJAR DARI JANUS, IT'S ENOUGH FOR ME ___

Bulan depan sudah Januari lagi, memandang ke belakang hidupku yang ternyata benar-benar tidak berguna dan tanpa makna selama setahun terakhir. So, aku memutuskan untuk mulai berdamai dengan masa lalu dan tidak lagi mendekam di dalamnya, lalu merubah mindset.

Saat setiap hari aku menuntut Tuhan hal yang sama:
        Aku ingin bahagia
        Aku (((INGIN))) bahagia
     
        Aku (((INGIN))) bahagia
        Aku bahagia

Secara tidak sadar, keinginan lah (read: keegoisan) yang membuat kita aku tidak bahagia. Hanya karena 1 keinginan yang tidak kunjung dikabulkan, seolah merusak segala hal indah yang sudah disediakan.
(*Memang bocah banyak maunya, ga tau terima kasih...~)

Belajar bersyukur atas apa yang ada, tidak lagi memaksa Tuhan mengabulkan doa yang mungkin Dia tidak berkenan. Toh juga, dalam setahun ini Tuhan sudah (lebih dari cukup) membuatku belajar melalui dapur kehidupan orang lain tanpa aku perlu merasakan kekacauannya sendiri.

(2 Korintus 12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."

Yeah, It's enough for me.
It's enough now.

So, belajar dari Janus, aku berdamai dengan masa lalu dan tersenyum menyambut masa depan.
Hey Januari, I'm ready to you...

*blink*