Rabu, 12 November 2014

AKU LAGI CENGENG

Suatu sore yang galau, Kamis minggu lalu (06/11/2014), saat aku sedang down berkepanjangan karena merasa gagal total dalam kehidupan pribadi hingga sosial, juga tekanan batin karena Desember besok lokasi kantorku dipindah. Dengan getir aku mengepak berkas-berkas di ruangan Pak Sukma, demi persiapan pindah kantor (~aku ga rela pindah dari Lapangan Banteng, huhuhu, aku merasa diusiiiir~).

Bapak Naseri melihatku yang jongkok-jongkok celingukan mencari berkas dan dia bertanya, "Nak, cari apa Nak?".

Kata-kata sederhana 'N-a-k' yang membuatku termangu dan berkaca-kaca, atau dalam bahasa Jawa ~mberebes mili~. Aku serasa dipeluk erat dengan kata-kata yang cuma 3 huruf. Sebuah kata penerimaan, dimana aku (dengan GR-nya) merasa dianggap seperti anak.

Apakah aku sedang PMS sehingga super sensitif? NO.
Apakah akumulasi stress membuatku mendadak cengeng? BISA JADI, BISA JADI...!!

Sejenak saat menulis ini seolah rekaman-rekaman usang di kepalaku berputar kembali. Potongan-potongan kejadian sederhana seminggu terakhir. Yang ternyata membuatku tersentuh.
Ruangan Pak Sukma seumur-umur belom pernah sebersih ini
  • Hanya dengan sumringah super lebar Pak Sukma saat melihat ruangannya sudah rapi, rasanya packing sampai jam 8 malam ga ada artinya
  • Cuma dengan roti meeting Bu Antiek dan Pak Fir yang diam-diam selalu ditaruh di mejaku, aku merasa layaknya bocah yang dapat oleh-oleh waktu orangtuanya pulang kantor
  • Ajakan makan siang via gtalk membuatku merasa diterima, karena aku sendiri ga mungkin makan siang dengan orang asing.
  • Dapat BBM "apa kabar" dari teman lama, dan berlanjut ke cerita-cerita remeh keseharian, membuat otakku mengatakan 'masih ada yang peduli'
  • Hingga ajakan liburan taun depan, seolah ada yang berbisik 'masih ada kok yang menginginkan Merrie terlibat'
  • Bahkan saat isi bbm yang mengolokku, 'masi aja depresi perkara beginian'. Membuatku tersenyum, ada orang yang mengenalku dengan baik. Dibanding dikasihani atau dihibur, memang olokan dan tantangan membuatku jauh lebih bersemangat. (*sial, apa aku emang se-anarkis itu?)
Roti meeting dari Bu Antiek :p
Mungkin mereka melakukan secara naluriah, random, bahkan iseng. Tapi hal-hal super sepele seperti itu, bagi orang lain bisa berarti "lebih". Sayang ajakan liburan ke Ambon, Lombok, dan Alor pun lagi-lagi kutolak, berharap dia ga akan kapok mengajakku lain kali (*kalo aku sudah desperate tingkat akut, mungkin kususul jugalah ya kesana).

Kurasa Tuhan masih mengenalku, Dia tau banget hal-hal remeh yang bikin aku kehabisan kata-kata, dan Dia mengijinkan mereka melakukannya di waktu yang pas, dan dilakukan oleh orang-orang yang tepat. Karena memang tidak pernah ada yang namanya kebetulan.




Bertanya-tanya sendiri, apa aku sudah pernah melakukan hal-hal yang 'berarti' bagi orang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar