Dibesarkan oleh Mama yang single parent, karena Papa meninggal setelah sakit demam berdarah dan tidak tertolong. Hidup dari deposito yang digerus sedikit demi sedikit, hingga habis tersapu bersih saat krisis moneter di masa kejatuhan Soeharto. Penghasilan Mama sebagai Kepala Biro Administrasi Akademi di Universitas Katolik Widya Mandala tidak cukup besar untuk mencukupi kebutuhan 3 orang anaknya.
![]() |
Me & Mom @ I Wok - ITC Surabaya |
Mamaku punya jiwa dagang sejati, semuanya dijualin. Mulai dari buka catering, ikutan multilevel Oriflame, Herbalife, dan Melilea, sampai jualan sprei, buku tulis, buku gambar, air isi ulang, snack (ciki), kacang telor, kacang goreng, bahkan merica dan ketumbar bubuk. She's the real entrepreneur, I said. Hari demi hari, kita hidup bergantung dari mujizat Tuhan.
Aku sok tau apa itu hidup penuh perjuangan, capeknya pulang sekolah dengan 2 jam perjalanan masih harus bikin kacang telor, ngepakin merica dan ketumbar, belom kalo lagi ada pesanan catering. Dan tentunya batin kami pernah memberontak. Kami sangat amat nakal waktu itu, tidak tau berterima kasih kalo boleh dibilang. Aku & Mas Yonas setiap hari terlambat sekolah dan suka bolos (*karena kalo telat kan gerbang sekolah di tutup, #alasan). Bahkan adikku bolos UAS (*ini lebih parah dari gue kan? Hahaha). Stress pasti punya anak-anak kayak gini, tentu saja aku baru menyadari itu belakangan. Aku dulu bahkan pernah berkelit kurang ajar, ".... yang penting kan rangking 10 besar". Dasar bocah!!
Masuk kuliah bukannya belajar mati-matian, malah lebih mentingin organisasi. ".... yang penting IP masih 3 koma kan Ma". Sumpah, aku keterlaluan abis. Herannya Mama sama sekali tidak melarang, tidak pernah marah karena hasratku ke UKM lebih besar dari ke Accounting. Bahkan sangat mendukung saat aku ikutan pencalonan Korbid UKM 1.
Mamaku Wonderwoman sejati. Dengan perjuangannya yang berat itu, dia masih sempat-sempatnya ambil S2 di WM. Meskipun biaya sekolah S2-nya gratis karena dikirim dari Universitas, tapi buku dan biaya lain-lain tetap menghabiskan duit, waktu, dan tenaga yang...huft...!! My good friend, ambillah S2 di WM dan mengertilah sendiri.
Sekarang setelah tau susahnya cari uang, aku penasaran dan menghitung kembali pembiayaan hidup keluargaku dulu. Benar-benar tidak terpikirkan di otakku, kok bisa-bisanya kita hidup kayak gitu dengan duit yang seuprit? Pada akhirnya aku hanya mengerti apa yang mamaku selalu bilang, "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mazmur 23)". Kalo bukan karena mujizat nggak mungkin bisa menyekolahkan 3 anak ke Petra, nggak mungkin Mama kuat mental punya anak seperti kita. Mamaku seorang realis, tapi dia selalu tau dengan sangat jelas Tuhan melebihi akal manusia.
Kadang malu saat mengeluh kerjaan banyak, kurang tidur, kurang makan, dan kurang mandi (*eh). Mama cuma tidur maksimal 2 jam. Dia masak tiap hari dan membawakan kita bekal karena tidak bisa kasi uang saku yang banyak. Dia miris melihat kita yang kegirangan akhirnya boleh makan nasi kerupuk dan kecap, padahal itu karena tidak mampu beli lauk. Dia seorang Kepala Biro dan lulusan S2, tapi masih harus jualan kacang telor dan merica.
Sekarang Mama sudah pensiun dan punya lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri. Saat mendengar suara pesawat melintas di atas rumah, dia selalu beriman Merrie, anak yang bandel ini, pulang Surabaya.
Di Kick Andy, Helmy Yahya bilang saat ada juniornya yang bertanya "Mas Helmy saya mendapat gaji pertama, apa yang harus saya lakukan?". Helmi menjawab, "Berikan pada Ibumu mumpung masih sempat".
Sedikit berbeda, aku bilang, "Gaji pertama, secara utuh... berikan ke Tuhanmu. Selanjutnya kamu harus selalu berikan ke Ibumu, meskipun mungkin tidak utuh. Sebanyak-banyak apapun yang kamu beri tidak akan mampu melunasi pengorbanannya, berikan mumpung masih sempat"