Minggu, 01 September 2013

MARAH VS TAKUT

Pada dasarnya kekuatan rasa marahku selalu jauh dan sangat jauh lebih besar dari rasa takutku.

Sore ini aku dan Kiki pergi ke Cempaka Mas bermaksud mencari kemeja putih polos lengan panjang dan sepatu hitam untuk prajab. Dasar cewe, pulang-pulang selalu bawa yang lain (*read: kemeja, sepatu tosca, daleman, rice cooker, accessories). Pulang naik metromini nomor 03.

Di tengah jalan ada gelandangan cowo lusuh (*sorry) naik ke metromini bermaksud meminta sedekah. Tapi dengan tidak sopan dia gampol tangan aku, "Mbak minta uang!".
@(#*$&@*@(@ sudah ga berguna, minta uang, gampol-gampol, gak sopan, AARRGGHH.... (*read: marah sampe ke leher)

Aku ga mau kasi orang ga layak hidup macam dia, dengan senyum dipaksakan aku geleng. "Loh? Mintanya main kasar??", katanya lagi nyolot...

*&%+&$@@!#@$%&*^8#  (*read: marah udah di ubun-ubun) sabarrrrr...... dalam hati = hey kampr*t mau cari gara-gara loe?? hayuukkk...!!

Sesabar-sabarnya aku, aku melotot sambil bilang "NGGAK..!!", loe mau cari mati? Come to mama, baby...

Entah karena syok dengan responku atau malas cari ribut... gelandangan kampr*t pun beralih ke penumpang belakang, lalu duduk di kursi seberang aku dan memeras mas-mas yang duduk sendirian. Dalam hati... sampe loe balik ke gue lagi, gue gampol sama rice cooker baru nih.

Untung kemudian dia langsung turun dan dunia pun kembali damai.

Aku takut? Ya, aku takut. Tapi aku terlalu marah sehingga nggak sempat lagi mencerna rasa takut itu.
Kupikir-pikir, apakah ini kelakuan cewe normal? I doubt.
Belakangan baru tau Amel & Gita juga pernah mengalami kejadian yang mirip dan mereka memilih kasi duitnya. Aku terlalu sombong untuk jadi pengecut. Ckckck....

Untung Tuhan masih sayang sama aku, so He's always protecting me every single day. Meskipun aku mendadak bertanya-tanya, apa Dia masih tetap sayang setelah melihat isi blog yang penuh umpatan ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar